Skip to content

I’m (not) Alone

I'm (not) Alone

I’m (not) Alone, novel yang mengisahkan perjalanan hidup seorang gadis, yang ditinggal mati oleh kedua orang tua, serta satu-satunya saudaranya.

Saya, Rosinda Simanullang, dengan bangga menyebut bahwa saya adalah penulis sebuah karya fiksi berjudul : I’m (not) Alone.

Dalam karya sederhana ini, saya menumpahkan imajinasi yang tidak seberapa. Dengan waktu yang harus terbagi antara dunia maya dengan dunia nyata. Penulisan buku ini berlangsung sekitar 6 bulan. Jujur, karya ini bukanlah apa-apa, karya ini hanyalah imajinasi seorang anak SMA yang hobi membaca. Sebuah imajinasi yang sewaktu-waktu muncul, dan berusaha kutuangkan ke dalam sebuah tulisan. Berikut saya ceritakan bagaimana saya merangkai kehidupan sang tokoh sedemikian rupa.

Novel Berjudul I’m (not) Alone

Saya mengisahkan perjalanan hidup seorang gadis, yang ditinggal mati oleh kedua orang tua, serta satu-satunya saudara sang tokoh, sebut saja Aura Kasih. Ditinggalkan oleh seluruh anggota keluarga, sudah cukup menyempurnakan kesedihannya. Namun, kesepian, kesedihan, dan luka tidak hanya bersumber dari satu sisi itu saja. Pun dalam dunia asmara, Aura bukanlah orang yang beruntung. Dia memiliki seorang kekasih, yang dianggap menjadi salah satu penopang dalam ketimpangan hidupnya. Namun, bagaimana bisa, jika ketimpangan itu tertutup, jika hanya ditambal oleh janji semata?

Bisakah Anda hidup bahagia setelah meninggalkan janji yang telah ditabur?

Dalam buku, ada sebuah kalimat, “Bisakah Anda hidup bahagia setelah meninggalkan janji yang telah ditabur?” Demikianlah ucapan seseorang, yang jiwanya remuk menantikan, kapan terwujudnya ucapan-ucapan manis itu. Aura tidak butuh banyak alasan, untuk tetap berpegang teguh, pada kata-kata yang dijanjikan Dion. Alasannya cuma satu, yaitu hidupnya.

Dalam perjalanan hidupnya, tentu saja diwarnai dengan bermacam warna. Sembari menanti kepastian, Aura mendapat penghiburan dari seseorang, yang selalu ada di sampingnya. Ingat! Hanya ada di sampingnya bukan di hati.

Hinga tiba saatnya, hal yang dinantikan di sepanjang detik, yang menghanyutkan dalam kesedihan pun singgah. Dia hanya singgah, menyempurnakan kegelisahan, dan remuk yang hampir sempurna. Dia bagai senja, manis sekali. Senja yang singgah sebagai perantara Mentari dan Purnama. Hadirnya dinantikan tiap hati, entah itu gejolak riang atau remuk, senja selalu saja dinantikan. Dia hadir dalam sesaknya pilihan, saat palung hati kerap kali meminta untuk selalu bersama, berbanding terbalik dengan realita yang ikut andil untuk memisahkan.

Dia berperan bagi senja yang meninggalkan sang pemilik hati, untuk menyambut hal lain

Bukan keinginan semata yang membuatnya meninggalkan janji itu, tetapi ada realita yang berusaha membangun tembok pemisah. Sudah aku katakan, dia berperan bagi senja yang meninggalkan sang pemilik hati, untuk menyambut hal lain. Jika dipikirkan senja tidak begitu buruk. Walau ia menutupi cerahnya senyum Mentari, setidaknya ia hadir membawa indahnya malam, dengan hiasan bintang bintang, terlebih purnama.

Bacalah, agar novel ini membawa kalian dalam kehidupan sang tokoh, yang tidak melulu tentang kesedihan, ada juga beberapa hal yang mungkin mampu mengocok perut sang pembaca.

  • Judul Novel : I’m (not) Alone
  • ISBN : 978-623-6924-14-3
  • Editor : Sarmauli Ekklesia Simanullang
  • Penerbit Lini J-Maestro ( CV Jisa Profesional Grup)
Rosinda Simanullang penulis novel : I’m (not) Alone

3 thoughts on “I’m (not) Alone”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version